Ahli Psikologi Klinis: Richard Eliezer Sangat Cemas Usai Insiden Berdarah 8 Juli 2022, Kini Lebih Tenang dan..

- Selasa, 27 Desember 2022 | 07:56 WIB
Ahli Psikologi Klinis: Richard Eliezer Sangat Cemas Usai Insiden Berdarah 8 Juli 2022, Kini Lebih Tenang dan.. (Republika/Thoudy Badai)
Ahli Psikologi Klinis: Richard Eliezer Sangat Cemas Usai Insiden Berdarah 8 Juli 2022, Kini Lebih Tenang dan.. (Republika/Thoudy Badai)

AYOJAKARTA.COM - Dalam sidang lanjutan kasus Pembunuhan Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat dengan salah satu terdakwanya yakni Richard Eliezer pada Senin, 26 Desember 2022 menghadirkan 3 saksi ahli.

Dimana ketiga saksi tersebut dihadirkan sebagai saksi ahli, untuk meringankan bagi Richard Eliezer dalam persidangan.

Liza Marielly Djaprie, ahli Psikologi Klinis memberikan keterangan bahwa Richard Eliezer saat pertama kali ditemui terlihat sangat cemas bahkan menghindari kontak mata dengannya.

Baca Juga: Hadirkan 3 Saksi Ahli, Ronny Talapessy: Richard Eliezer Berpeluang Penghapusan Pidana!

Richard Eliezer menunjukkan sikap cemas tersebut pasca insiden berdarah di Duren Tiga tanggal 8 Juli 2022.

Dimana saat itu ia menghadapi situasi yang amat tertekan atas perintah atasannya Ferdy Sambo untuk menghabisi nyawa kerabatnya sendiri yakni Yosua.

Diantara saksi ahli yang dihadirkan di persidangan yakni Psikolog Klinik Dewasa Liza Marielly Djaprie, Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel, dan Ahli Filsafat Moral Romo Franz Magnis Suseno.

Romo Magnis menilai bahwa perintah Ferdy Sambo kepada Richard yang diminta untuk menghabisi Brigadir Yosua merupakan perintah yang sangat sulit ditolak.

Baca Juga: Seleb TikTok Nirwana Selle Meninggal Dunia, Ribuan Netizen Ungkap Rasa Duka dan Belasungkawa Mendalam

Menurutnya hal ini berkaitan dengan teori relasi kuasa, dari jenjang pangkat Bharada E dengan Ferdy Sambo memiliki sekat tingkatan yang sangat jauh.

Itulah mengapa Bharada E tidak bisa menolak perintah Ferdy Sambo meskipun perintah untuk menghabisi sahabatnya Brigadir Yosua.

Selain itu, dalam lingkungan Kepolisian sudah menjadi tradisi bahwa perintah atasan menjadi wajib untuk dilaksanakan.

"Itu tipe perintah yang amat sulit secara psikologis dilawan. Karena siapa dia? Mungkin dia orang kecil, jauh dibawah yang memberi perintah sudah biasa laksanakan," jelas Romo Magnis.

Baca Juga: Terpopuler! Momen Chuck Putranto Tahan Tangis Ungkap Kekecewaannya pada Ferdy Sambo: Bapak Tega..

Halaman:

Editor: Jinan Vania Barizky

Sumber: Suara.com

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X